Sundanese , Javanise, indonesianis

Siduru dotkom

Rabu, 30 Mei 2012

Syekh Siti Jenar 124

Syekh Siti Jenar Menyatu dengan Dzat (Ajal) 124

Oleh Herdi Pamungkas
“Andai kita beliau ya bukan soal. Menurut hematku apa yang Ki Chantulo lakukan sudah tepat.” kembali berbalik.
Lelaki bertubuh gempal mendekat, kiranya ingin larut dalam pembicaraan yang belum tuntas.
“Ki Chantulo,”
“Saatnya kita menikmati masakan Nyi Ageng.” tatapnya. “Mari!” lalu diajak memasuki serambi.
Kebo Kenongo berdiri, menyampaikan ajaran Syekh Siti Jenar di depan warga Pengging yang telah usai menjalankan salat Magrib berjamaah.
Lekaki bertubuh gempal melahap hidangan nasi putih dengan lauk-pauknya berupa ikan bakar disertai Ki Chantulo. Telinganya berusaha pula menyerap setiap ceramah Kebo Kenongo di depan pekarangan dengan suara tenang, lantang, dan mudah dicerna. Meskipun tidak semuanya mampu dipahami dengan keterasingannya, persoalan-persoalan yang baru didengar.
“…tiada seorang pun manusia yang bisa luput dari kematian,” berhenti sejenak. “Sadarilah, kematian itu akan menjemput siapa saja tanpa pandang bulu. Malaikat maut tidak akan melihat siapa yang harus dihadapi. Ketika waktunya telah tiba maka orang yang dikehendakinya akan terkapar tanpa nyawa. Berhargakah manusia jika tidak memiliki nyawa?”
“Tidak!”
“Dapatkah kerabat, sanak saudara, atau orang yang dicintai menghidupkan kembali?”
“Tidak!” kembali sahut yang hadir.
“Meskipun dia seorang penguasa, saudagar, bahkan siapa saja tidak bisa menangkal maut. Maut akan merenggut siapa saja, kapan saja, dimana saja. Dimana harta, tahta keluarga yang kita banggakan dan sombongkan saat itu berada? Bisa saja berada disampingnya, bahkan memeluknya, tetapi tidak berdaya menghadapi ketentuan Alloh. Mereka yang mencintai dan menyayangi hanya bisa menangis sekeras-kerasnya. Tangis itu tidak sanggupmengembalikan ruh yang telah lepas dari jasadnya. Ruh itu mengembara ke alam lain untuk mempertanggungjawabkan hidup itu sendiri, ketika berada di alam jasad. Alam barzah bukanlah tempat untuk kembali merajut kebaikan, mengumpulkan amal kebaikan, tetapi tempat penantian yang sangat panjang menjelang manusia kembali di bangkitkan menuju akhirat.”
“Bagaimana keadaan keluarga dan harta yang kita tinggalkan?”
“Ingatlah, ketika manusia mati yang mengantar jenazah ke liang lahad
ada tiga; pertama keluarganya, kedua harta bendanya, dan yang ketiga
amal perbuatannya. Ketahuilah yang dua itu akan kembali bersama
rombongan ke rumahnya, yaitu; keluarga, dan hartanya, yang tinggal
dan menyertainya hanyalah amal perbuatan. Keluarga sekali pun sangat
mencintai tidaklah mungkin akan ikut masuk ke liang lahad, harta juga
tidak. Andai memaksakan harta itu harus dimasukan ke dalam kubur,
adakah manfaat dan madharatnya?”
“Tidak, hanya akan dicuri orang.”
“Tetapi amal perbuatan itu tidak tampak yang jelas akan menyertainya di alam kubur. Bukankah amal perbuatan itu hasil jerih payah ketika manusia berada di alam jasad? Andai itu baik, maka akan menjadi kebaikan pula di sana, sebaliknya andai tidak baik akan berakibat buruk pula.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SiDuru DotKom - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger